PortalRenungan
"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan".[QS 3 Ali 'Imraan, Ayat 185]
Alkisah ada seorang Raja hendak menguji seorang penyelam untuk mengambil mutiara dari dalam laut dengan berbekal peralatan lengkap terutama oksigen dalam jumlah tertentu dan untuk jangka waktu tertentu. Ketika menyelam ia mendapati pemandangan indah di dalam lautan sehingga ia terpesona dan terlena atas apa yang dilihatnya berupa keindahan dasar laut. Ia bercengkerama bersama ikan-ikan hias yang mempesona, batu karang dan berbagai keindahan dasar laut lainnya.
Ketika oksigen dalam tabungnya hampir habis, ia tersadar bahwa ia telah lalai akan tugasnya, maka dengan tergesa-gesa ia mencari mutiara, namun terlambat, karena persediaan oksigen tidak mencukupi sehingga mengharuskannya kembali kepermukaan tanpa membawa satu mutiarapun. Akibatnya, pada saat harus mempertanggung jawabkan tugasnya, ia amat menyesalinya, karena ia termasuk orang yang gagal dan tidak bisa memenuhi perintah tuannya. Bahkan ia merasa menyesal sekali disaat sang raja memberitahukan hadiah yang akan diterimanya bila ia berhasil, yaitu sesuatu yang belum pernah ia bayangkan sebelumnya.
Kurang lebih seperti itulah kehidupan kita didunia ini. Semua fasilitas yang kita butuhkan sudah ALLAH berikan kepada kita, tetapi ingat, "oksigen" kita ada batasnya. Kita harus selalu waspada dan berhati-hati untuk tidak terlena oleh gemerlap kehidupan dunia sehingga membuat kita lalai mencari "mutiara". Berbeda dengan penyelam tadi, ia tahu akan jatah oksigennya, sedang kita tidak akan pernah tahu kapan "oksigen" kita akan habis isinya. Kita tidak akan pernah tahu kapan ajal datang menjemput kita.
Sungguh beruntung jika kita mampu mengumpulkan mutiara sebelum jatah "oksigen" kita habis. Namun, sungguh rugi jika jatah "oksigen" telah habis sedang kita masih terlena oleh keindahan dasar laut sehingga tidak berhasil mengambil satu mutiarapun.
Mari Kita sadari bersama. Siapakah gerangan yang akan menunaikan sholat untuk kita setelah kita mati? Siapakah gerangan yang akan mempuasakan kita setelah kita mati? Siapakah gerangan yang akan memintakan keridhoan Rabb kita untuk kita setelah kita mati?
Sungguh kematian senantiasa mencari kita. Kuburan akan menjadi rumah terakhir kita. Tanah jadi permadani & cacing-cacing akan menjadi teman dikubur. Sementara kita sedang menanti dibangkitkan pada hari kengerian yang teramat besar.
Janganlah kita nantinya menjadi jiwa yang menyesal. Tatkala kematian datang karena tiada bekal. "Dan hendaklah setiap jiwa memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akherat)". (Al Hasyr, 18). Tidak akan ada peristirahatan terakhir hingga kaki kananmu menapak di pintu surga. Kita tidak akan pernah beristirahat jika kaki kiri ini menginjak neraka. Na'udzubillahi mindzalik. Mari tabunglah amal sebagai bekal! Untuk peristirahatan yang kekal.
Ya ALLAH, jadikanlah kami paham hakekat kehidupan dunia agar kami selamat dari berbagai fitnah di dalamnya dan tolonglah kami agar mampu mengumpulkan mutiara sebanyak-banyaknya sebelum ajal datang menjemput.
No comments:
Post a Comment