PortalRenungan
"Dan hendaklah takut kepada orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertaqwa kepada ALLAH dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar". (QS An-Nisa':9)
Anak-anak yang lemah menurut ayat di atas adalah anak yang lemah fisiknya, lemah skillnya, lemah pola pikirnya, lemah finansialnya dan lemah mental dan spiritualnya. Untuk itu kita harus selalu mendampingi anak-anak kita, agar anak kita tidak merasa father hunger. Dimana anak merasa ketiadaan ayah secara psikologis, fungsi ayah saat ini hanya ada dua yaitu hanya memberi nafkah dan hanya memberi ijin untuk menikah. Ayah ibarat mesin atm, yang disaat anak butuh uang sang ayah hanya memberikan uang saja. Itulah sebabnya di Indonesia sekarang terjadi fatherless country karena sektor pengasuhan dan pendidikan anak didominasi ibu-ibu.
Father hunger ini mempunyai dampak kerusakan psikologis yang diderita anak-anak yang tidak mengenal ayahnya. Hal ini berakibat rendahnya harga diri anak, anak akan bertingkah kekanak-kanakan, anak akan selalu bergantung kepada orang lain, kesulitan menetapkan identitas seksual (cenderung feminin atau hipermaskulin), kesulitan dalam belajar, kurang bisa mengambil keputusan. Bagi anak perempuan, tanpa model peran ayah setelah dewasa sulit menentukan pasangan yang tepat untuknya, salah memilih pria yang layak.
Islam memandang peran ayah dalam pendidikan anak sesuai Al-Quran QS At-Tahrim ayat 6 yang berisi tentang tanggungjawab pengasuhan anak ada di pundak ayah. Dialag pengasuhan anak di dalam Al-Qur'an ada 17 dialog pengasuhan tersebar di 9 surat. Ada 14 dialog antara ayah dan anak, 2 dialog antara ibu dan anak, 1 dialog antara orangtua tanpa nama dan anaknya. (Sumber: Hiwarul Aba' ma'al Abna fiil quranil karim wa tathbiqotuhut tarbawiyah - Sarah binti Halid Ad Dakhili Al Muthairi).
Kisah pendididikan Rosulullah yang di bina oleh paman dan kakeknya sebagai pengganti peran ayah, demikian juga dengan Maryam binti Imran.
Imam Ibnu Qoyim berkata:
Betapa banyak orang yang menyengsarakan anaknya, buah hatinya di dunia dan akhirat karena ia tidak memperhatikannya, tidak mendidiknya dan memfasilitasi syahwat (keinginannya), sementara dia mengira telah memuliakannya padahal ia telah mendzaliminya. Maka hilanglah bagiannya pada anak itu di dunia dan di akhirat. Jika Anda amati kerusakan pada anak-anak, pada umumnya berasal dari sisi ayah. (Tuhfatul maudud bi ahkamil maulud).
Paradigma baru pengasuhan anak bahwa Ibu merupakan madrasah pertama seorang anak dan ayah adalah Kepala sekolahnya. Tugas dasar dari kepala sekolah sebagai berikut:
Membuat nyaman sekolah,
Yaitu membahagiakan ibu si anak dengan memenuhi kebutuhan dasarnya, memberi kesempatan istri untuk banyak bicara dan bercerita setiap malam, memberikan hadiah kejutan, bersabar saat istri marah, manajemen waktu bagi istri.
Menentukan visi dan misi,
Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada ALLAH dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah di perbuatnya untuk hari esok, dan bertaqwalah kepada ALLAH, sesungguhnya ALLAH maha mengetahui apa yang kamu kerjakan (Al-Hasyr: 18)
Visi pengasuhan Ibrahim dalam QS Ibrahim: 35-37
Selamatkan Aqidah, biasakan ibadah, mengajarkan perilaku simpatik yang berakhlak mulia, memiliki life skill.
Melakukan evaluasi program
Adakah kamu hadir ketika Ya'qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya:"Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" Mereka menjawab: "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepadaNya"(QS Al-Baqoroh: 133)
Termasuk mendiskusikan tahapan perkembangan anak dengan pasangannya.
Menegakkan aturan-aturan.
Waspadai gejala mother distrub, dimana anak takut melihat ibu karena sang ibu terlalu keras. Ayah menegakkan aturan, ibu memberikan rasa nyaman. Sosialisasikan aturan secara sederhana, bukan borongan. Mulailah saat anak bisa membedakan kanan dan kiri.
Mulailah hal ini dari usia anak masih dini. Karena fakta otak anak menyerap dan merekam segala sesuatu dengan cepat diusia 8 tahun pertama dalam kehidupannya. Bermain adalah cara belajar alamiah yang sesuai dengan otak. Ayah berperan melalui bermain dengan anak dikarenakan anak belajar banyak hal melalui permainan dengan cara yang menyenangkan. Penelitian menunjukkan bahwa keterlibatan orangtua, khususnya ayah. Dalam permainan akan meningkatkan manfaat bermain untuk anak.
Kontribusi ayah misalnya, dalam permainan keras, ayah melatih anak untuk meningkatkan kemampuan motorik. Figur ayah sebagai perwakilan dunia luar merangsang keingintahuan anak sehingga meningkatkan kemampuan kognitif. Tubuh ayah adalah permainan yang paling menyenangkan bagi anak. Melalui bermain dengan ayah, anak belajar cara pria berinteraksi, perbedaan fisik, batasan dan kepemimpinan.
Kebutuhan anak akan ibu, dimana ibu memberikan rasa nyaman kepada sang anak. Ibu mengajarkan anak untuk mengenal dan mengelola perasaan. Ibu mengajarkan anak empati. Ibu mengembangkan imajinasi/otak kanan sang anak.
No comments:
Post a Comment