Friday, 15 May 2015

Gara-gara Jatuh Cinta

PortalRenungan
Alkisah disebuah mesjid, ada seorang wanita yang terkenal baik hati, berkerudung panjang, cantik, murah senyum, lembut tutur katanya, tidak pemarah, selalu memaafkan dan tidak ada dendam kepada siapapun. Konon kata orang seperti itu adanya. Dimasjid itu ia punya tempat khusus, duduk bersandarkan di tiang besar di sudut ruang, dari situ ia bisa melihat begitu banyak kehidupan, ada yang menangis sambil berdoa seakan akan tiada hari esok, seakan dosa tak terampuni, ada yang tergesa gesa seakan ALLAH hanya tempat bersinggah, ada yang mengaji dan begitu indahnya suaranya mengisi ruang kosong masjid itu, ada yang tidur meluruskan badan begitu lelahnya ibu kota memeras tenaganya.

Di tengah asik ia bersila dan memperhatikan orang orang, tiba tiba duduk disebelahnya seorang perempuan berusia kira kira 23 tahun, dengan wajah oriental, perempuan itu memberikan senyum termanisnya, pun ia balas dengan senyum terindahnya yang pernah ia miliki, tak banyak waktu yang dihabiskan untuk bertukar nama sekaligus menjadi sahabat, karena kemudian ceritapun bergulir dari sang mualaf itu, iya MUALAF, perempuan berjilbab syar’i ini baru setahun beriman kepada ALLAH SWT.

Bisa dipastikan ketika mendengar kata mualaf, pertanyaan pertama adalah “mengapa anda memilih jalan ini?” jawab perempuan itu “Karena jatuh cinta”, semudah itu cinta merubah keyakinan gerutu hati nya. “Iya De, saya jatuh cinta pada Rasulullah, Muhammad SAW” jleb, jleb, jleb, bagai mendengar petir disiang hari, ia bergumam dalam hatinya "Saya yang islam dari bayi gak pernah terpikir mengucapkan jatuh cinta pada Rasul, tapi perempuan didepan saya ini beda, ucapannya sungguh menampar saya".

Muallaf ini melanjutkan perkataanya “Sifat Sifat Rasul telah membuat saya jatuh cinta De, jika semua umat didunia ini memilih jalan ini dan mengikuti prilaku Rasul maka neraka tak akan ada penghuninya” dan saya memilih Islam karena kelak saya ingin bersama Rasul dan para sahabat di syurganya ALLAH. Ia berkata lagi "De, shalat itu satu satunya cara berbicara apa saja dengan ALLAH, dan Al Quran adalah jawaban dari semua keraguan saya akan jalan ini, saya bicara dan saya cari jawabannya”. Jebol sungai diujung mata perempuan itu.

Begitu cintanya perempuan itu pada ALLAH dan Rasul hingga tak ada keraguan, ia relakan semua yang sangat dicintainya untuk dikorbankan yaitu keluarganya, mari kita tanyakan kepada nurani ini. Apa yang sudah kita korbankan? Mengapa terkadang kita masih menomor-duakan ALLAH ketika masalah datang, bukan shalat tapi curhat? Kita bahkan sibuk belajar urusan dagang, urusan bisnis, urusan karier, sementara perempuan muallaf itu belajar agama. Jangan jangan bacaan qur'an kita masih terbata-bata, tapi kita berhenti belajar karena sibuk dengan urusan dunia kita, atau bahkan kita tidak mengerti setiap bacaan shalat kita, tapi kita anggap cukup, yang pentingkan shalat walau gak tahu apa makna bacaan yang kita lafalkan saat shalat. Jadi wajarlah kalau pun sudah sekian ribu rakaat shalat kita lakukan tetapi tidak ada kenikmatan padanya dan juga sudah sekian ribu ayat kita baca tetapi tidak menjadikan kita berada dalam Cinta-NYA.

Pantaskah kita mengaku bahwa kita sangat mencintai ALLAH tanpa bukti, dan seorang perempuan mulaaf itu telah membuktikannya. Padahal saat taat kepada ALLAH, kita akan mendapat berbagai jalan dari arah yang tidak terduga, perempuan tersebut kehilangan keluarganya tapi ALLAH menggantikan dengan yang jauh lebih baik, yaitu IMAN ISLAM. Janji ALLAH pasti. Terima kasih Yaa ALLAH sudah menghadirkan IMAN di hati ini. Kami senang dan bahagian menapaki jalan ini dan semoga ALLAH berkenan mempertemukan kita kembali dalam surgaNya. Aamiin.

No comments:

Post a Comment