Monday, 18 May 2015

Level Kita Di Sisi Allah

PortalRenungan
“Siapa yang ingin mengetahui kedudukannya di sisi ALLAH, maka hendaknya memperhatikan bagaimana kedudukan ALLAH dalam hatinya. Maka sesungguhnya ALLAH menepatkan (mendudukan) hamba-Nya, sebagaimana hamba itu mendudukan ALLAH dalam jiwanya (hatinya)”.

Cobalah kita renungkan sejenak kalimat diatas, “menimbang diri disisi ALLAH” Mungkin sejuta tanya akan bergemuruh dilubuk hati kita yang paling dalam. "Sudahkah kita menempatkan ALLAH dikedudukan terbaik dalam hati kita? Mungkin kita teringat disalah satu bait do’a tahajud kita, agar ALLAH meninggikan derajat kita seperti ALLAH meninggikan derajat orang-orang sebelum kita kini pertanyaan itu berbalik kepada kita menusuk hati ini, “Sudah tinggikah derajat ALLAH dihati kita”. Saya malu dengan do’a saya.

Bukankah yang termahal dalam hidup adalah keyakinan pada ALLAH. Lalu apalah artinya kita memiliki kekayaan bila hati kita jauh [miskin] dari mengenal ALLAH. Lalu apalah artinya kita dikenal orang banyak, apalah artinya kita memiliki jabatan tinggi, bila kedudukan kita rendah di hadapan ALLAH. Kedudukan kita akan rendah bila kedudukan ALLAH rendah dalam jiwa kita, Irhamna ya ALLAH, jangan masukan kami kedalam golongan manusia yang rendah, kami tak akan sanggup. ya ALLAH.

Selanjutnya bagaimana kita mengukur derajat kita disisi ALLAH SWT? Kalau kita mengambil ukuran yang masuk dalam akal pikiran kita, dalam 24 jam waktu yang kita miliki tiap hari, berapa jam kita mengingat ALLAH. Saat shalat apakah kita ingat ALLAH atau pikiran kita melayang ke tempat kerja atau usaha, bahkan membayangkan indahnya rindu dengan si dia. Saat makan, apakah kita ingat pada Dzat yang mengaruniakan makanan ini, sudahkan kita membaca do’a yang diajarkan sewaktu kita di TK atau di SD dulu, atau kita malah mencela makanan tersebut. Saat di perjalanan, apakah kita sibuk berdzikir serta mentafakuri ayat-ayat ALLAH atau malah mata kita jelalatan sekedar melihat pemuda/pemudi di samping kanan, kiri dan depan.

Bila hati kita selalu nyambung pada ALLAH dalam kondisi apapun juga, maka sesungguhnya ALLAH telah meninggikan derajat, inilah kadar derajat kita disisi ALLAH, setinggi kita menempatkan DIA disetiap nafas yang kita hembus, berapa lama lagi sih nafas ini akan terhenti. Tentunya kita ingin berpulang pada saat nafas kita sedang kita penuhi dalam rangka meninggikan ALLAH dihati kita dan pasti akan menjadi kepulangan yang indah.

Lalu sejauh mana usaha kita untuk “menyenangkan” ALLAH. Tinggi rendahnya derajat kita di sisi ALLAH dapat terlihat dari senang tidaknya kita melakukan amalan yang dicintai ALLAH dan Rasul-Nya. Jika ALLAH menyukai shalat berjamaah 27 kali lipat daripada shalat sendirian maka ini yang seharusnya kita pilih. Jika ALLAH membenci silaturhami yang terputus, apalagi hanya gara-gara sedikit salah paham, gara-gara cintanya di tolak, gara-gara pekerjaan, atau gara-gara kebodohan orang karena kita merasa lebih pintar, merasa lebih hebat bahkan merasa lebih terhormat, maka mari kita sambung setiap yang putus, semoga selalu ada jalan seluas samudera hati ini, maafkan kesalahan saya. Mari kita sambung lagi silaturahmi agar kita dirahmati ALLAH. Amin ya Rabb.

Lalu sejauh mana kegigihan kita menghindarkan diri dari maksiat. Kata guru mengaji "Salah satu ciri kedekatan seorang hamba dengan ALLAH, terlihat dari kesungguhannya dalam menjauhi maksiat". Adalah kenyataan bila manusia tidak akan pernah luput dari dosa. Namun, orang-orang yang berkedudukan tinggi di sisi ALLAH, akan segera bertobat saat ia terjerumus ke dalam maksiat. Ia menyesal, kemudian ber-azam untuk tidak mengulangi kesalahan, dan menggantinya dengan kebaikan yang lebih banyak, sudah seperti inikah kita?

No comments:

Post a Comment