PortalRenungan.
Dalam pekerjaan kita sehari-hari, baik di pabrik maupun di kantor, seringkali kita secara sadar maupun tidak sadar melakukan aktifitas dengan gerakan yang itu-itu saja, alias monoton. Akibatnya, pada pergelangan tangan muncul gejala-gejala seperti mati rasa, kesemutan dan tidak bertenaga. Gejala ini akan terus berlanjut bahkan saat Anda terbangun pada malam hari. Gejala ini hanya salah satu dari sekian banyak dampak dan berbagai penyakit dan kecelakaan kerja yang dapat muncul dari pekerjaan yang dilakukan monoton.
Pekerjaan monoton adalah suatu kerja yang berhubungan dengan hal yang sama dalam periode atau waktu yang tertentu, dan dalam jangka waktu yang lama dan biasanya dilakukan oleh suatu produksi yang besar. Di Indonesia, dimana sebagian industri dilakukan dalam kapasitas yang menengah dan besar, jenis pekerjaan monoton banyak ditemukan. Namun tidak tertutup kemungkinan juga ditemukan di industri kecil/UKM.
Pekerjaan monoton dapat dibedakan menjadi dua macam. Pertama, berhubungan dengan suatu gerakan berulang. Biasanya merupakan gerakan yang sederhana dan dilakukan terus-menerus dengan tujuan tertentu dan tanpa kreatifitas. Kedua, pekerjaan yang tidak banyak melakukan gerakan, tetapi melakukan pengamatan secara terus menerus.
Pekerjaan Monoton dengan Gerakan Berulang
Jenis pekerjaan monoton dengan gerakan berulang biasanya merupakan pekerjaan yang melakukan gerakan yang sama secara berulang-ulang. Apabila dilakukan dalam intensitas yang sering dan dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan berkembangnya suatu efek tertentu pada tenaga kerja.
Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
· Banyaknya gerakan yang dilakukan dalam proses berulang.
· Besarnya atau seringnya penggunaan otot.
· Lamanya pekerjaan yang dilakukan
Pekerjaan monoton juga dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya:
· Pajanan ( exposure) yang konstan dari faktor lingkungan kerja, seperti: bising, vibrasi, penerangan yang tidak cukup dan iklim/suhu yang tidak nyaman
· Jenis pekerjaan.
· Fisik dari pekerja.
· Keahlian pekerja.
· Sikap dan ketertarikan mereka terhadap pekerjaan (motivasi).
· Pendidikan, dan lain sebagainya.
Dampak / Efek Pekerjaan Monoton
Pekerjaan monoton dengan gerakan berulang seperti banyak ditemukan dalam industri perakitan,
manufaktur, garmen dan lain sebagainya dapat menyebabkan dampak/efek pada kesehatan maupun pada psikologis bagi pekerja.
Efek pada kesehatan yang potensial muncul, antara lain:
· Sakit Tenosynovitis, yakni peradangan dan gangguan yang terjadi pada sendi, otot & tendon.
· Degenerative Joint Disease ( Osteoarthritis), yakni sakit pada pergelangan tangan yang biasanya muncul pada usia tua setelah melakukan pekerjaan monoton yang berulang selama bertahun-tahun.
· Sakit pada lengan, biasanya pada lengan bagian atas.
Secara psikologis, efek yang dapat timbul didasarkan pada sikap perilaku pekerja. Sikap perilaku
tersebut dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
· Kelompok pekerja yang menyukai pekerjaan dan bersikap positif terhadapnya.
· Kelompok pekerja yang melakukan pekerjaan dengan terpaksa dan bersikap negative terhadapnya.
· Kelompok pekerja yang acuh dan tak peduli terhadap pekerjaannya.
Sikap psikologis dan fisik pada pekerja yang bersikap negatif maupun yang acukh tak acuh pada pekerjaannya akan mudah terlihat dibanding pada pekerja yang memandang pekerjaannya secara positif.
Dampak psikologis yang bisa dilihat adalah:
- Hiangnya kewaspadaan
- Kebosanan
- Apatis
- Mengantuk
Akibat lain yang dapat muncul selanjutnya antara lain:
- Kemunduran dari kapasitas kerja dan produktifitas
- Kecelakaan kerja
- Tingginya tingkat ketidakhadiran
- Rendahnya inisiatif dan kreativitas
- Aktivitas sosial dari pekerja yang rendah
- Turn-over/pergantian pekerja yang tinggi
Upaya Preventif Perusahaan
Akibat negatif dari pekerjaan monoton dapat dikurangi dengan beberapa upaya sebagai berikut:
1. Menstruktur ulang desain kerja
Perusahaan dapat melakukan upaya untuk mengatur jadual istirahat yang rasional dan memberikan awareness melakukan gerakan yang rileks bagi pekerja. Perusahaan dapat pula mengatur pekerjaan sedemikian rupa sehingga tidak membosankan.
2. Memperbanyak variasi jenis pekerjaan
Manajemen dapat melakukan rotasi atau pergantian sehingg apekerja tidak melakukan pekerjaan yang sama selama berjam-jam.
3. Memperluas jenis pekerjaan
Perusahaan perlu meningkatkan informasi, tanggung jawab dan partisipasi pekerja dalam mengambil keputusan dalam pekerjaanya.
4. Kontak sosial
Pekerja diberikan kesempatan untuk dapat bersosialisasi dan berkomunikasi dengan rekannya sehingga pekerjaan tidak membosankan. Kontak sosial ini dapat dipererat dengan melakukan kegiatan relaksasi atau olahraga secara bersama-sama, seperti senam pagi hari maupun pada saat jeda di antara pekerjaan ( coffee break).
5. Merancang lingkungan kerja yang mendukung pekerjaan
Perusahaan dapat melaksanakan upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan kondisi lingkungan kerja. Hal-hal tersebut antara lain: mereduksi kebisingan, membuat iklim/shuh yang nyaman, menggunakan cahaya dan warna yang sesuai, sehingga tidak memperburuk kondisi pekerjaan monoton yang ada.
Ditulis oleh : A Zuhal Fachri
Referensi:
- Pusparini, Adriana, A.M. Sugeng Budiono, dkk. (Ed), “Bunga Rampai Hiperkes & KK”, Edisi Kedua (Revisi), BP Universitas Diponegoro, 2003.
- Hagen, M.D., Philip T., “Mayo Clinic: Pedoman Perawatan Sendiri”, Intisari, 2002
No comments:
Post a Comment