PortalRenungan
Dahulu ketika kita masih kecil, kita menilai bahwa tahi lalat itu buruk, jelek dan dan tidak indah untuk dipandang. Tetapi sekarang, ketika kita memandang wajah seseorang, ternyata jadi lebih indah ketika ada tahi lalatnya. Mamang jikalau kita memofukuskan hanya pada tahi lalat itu tampak buruk dan tidak indah, tetapi bila kita pandang wajah itu secara keseluruhan, justru wajahnya tampak cantik atau ganteng karena adanya tahi lalatnya.
Ketika Tuhan memberikan nikmatnya kepada hambanya, sebenarnya DIA ingin agar hambanya tahu bahwa DIA itu Maha Baik, sebaliknya ketika DIA memberi musibah kepada hambanya, sebenarnya DIA itu ingin memberi hambanya HIKMAH. Bila kita renungkan, rasanya memang benar demikian. Kalau kita terpaku hanya pada musibah saja, maka jelas bagaimanapun musibah itu pasti jelek, tidak menyenangkan bahkan menjengkelkan. Namun bila kita tidak memfokuskan hanya pada musibah itu saja, tetapi juga melihat segala aspek yang ada, maka akan terlihat justru karena adanya musibah itulah hidupnya menjadi lurus, hidup ini menjadi berarti bahkan hidup ini mejadi lebih terasa bernilai.
Barang kali diantara kita ada yang mendamba-dambakan mempunyai harta yang berlimpah, pangkat yang tinggi, atau pun menjadi orang yang sangat terkenal. Begitu tingginya keinginan itu sehingga seringkali kita wujudkan dalam tindakan menundukkan atau merendahkan diri sedemikian rupa pada orang-orang kaya ataupun pada orang-orang berpangkat. Padahal statistik menunjukkan bahwa orang kaya atau orang berpangkat itu lebih banyak yang mengalami stress atau pun tenggelam dalam maksiat ketimbang petani miskin di desa. Jadi sebenarnya menjadi kaya raya ataupun berpangkat tinggi itu ternyata bukan merupakan jaminan untuk dapat hidup bahagia, apalagi masuk surga.
Tampaknya kita harus berpandai-pandai bersikap pada saat menerima musibah atau pun pada waktu mendapatkan kesenangan / kenikmatan hidup. Karena ternyata musibah maupun kesenangan itu bisa saja mempunyai makna yang sebaliknya. Dan bila itu dipahami dengan baik, maka kita tidak akan pernah “memarahi“ ALLAH jika suatu ketika DIA memberi kita musibah, atau pun mengira DIA pasti meridhoi segala perbuatan kita, bila kita ditenggelamkan-NYA dalam kesenangan atau kesuksesan duniawi. Demikian juga kita tidak termasuk orang yang salah kaprah, yaitu yang memohon ampun pada saat menerima nikmat dan bersyukur pada saat menerima musibah.
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”. (Al Baqarah:216)
No comments:
Post a Comment