Friday, 15 May 2015

Laki-laki Yang Baik Untuk Wanita Yang Baik Dan Sebaliknya

PortalRenungan
Ketika kita dalam perjalanan, biasanya ada hal yang sering kita jumpai. Banyak perempuan dengan rambut panjang tergerai, duduk di jok belakang bergoncengan motor, merapatkan dada ke pengemudi depan, menyilangkan tangan ke paha sang abang, menempelkan pipi di telinga sang lelaki. Andai saya bisa menutup mata, belum lagi yang memakai celana pendek, dan seterusnya. Semoga saja dia sudah pada menikah sehingga hal itu halal untuk dilakukan, dan bagi yang masih suka pamer auratnya. semoga ALLAH memberikan hidayah bahwa menutup aurat itu bagian dari kemuliyaan yang ALLAH kehendaki agar dirinya mulya, terjaga dan terhormat.

Tidak inginkah kita menjadi mulia, karena kalau bukan kita yang memuliakan diri sendiri, siapa lagi?. Mungkin sekarang kita mengerti mengapa neraka isinya tidak sedikit. Kalau lihat kenyataan didepan kita, belum lagi saat malam minggu tiba, banyak kita lihat orang yang pacaran didalam mobil, belum lagi mereka yang di bioskop, belum lagi mereka yang ditaman taman monas, taman suropati. Sedang dosa terhitung sejak akhil baliq, sementara dosa yang kemarin belum terampuni sudah berbuat lagi dosa yang baru. Astaffirullahal"adzim.

ALLAH SWT melarang kita mendekati zina dan “pacaran itu mendekati zina” tak ada yang bisa membantah firman sang Maha Kaya ini, pemilik jiwa kita, tempat kita semua kembali, rasanya belum cukup peringatan ini, lalu apa yang membuat ALLAH seolah olah tidak ada? Kematian mereka yang muda-muda juga banyak, mereka yang malam masih pacaran, besoknya tergilas truk juga ada? Tidak cukup jugakah, belum jugakah ada kesadaran, bahwa membuka aurat itu dosa, dosa dan dosa apa harus terazab baru sadar, apa mata harus ..... dulu baru tak melihat yang diharamkan, menyentuh yang dilarang.

“Laki-laki yg baik untuk wanita yang baik, laki-laki yang keji untuk wanita yang keji. Begitupun sebaliknya” QS. An Nuur: 26, Biar lebih mudah dipahami, ayat tadi boleh kita ditafsirkan menjadi ”Jodohmu adalah cerminan dirimu” cermin itu memantulkan bayangan diri sendiri, persis sama, sebab jodoh adalah cerminan diri, maka kelak jodoh kita, secara nilai, itu sama seperti nilai diri kita.

Kira kira begini, kalau saya suka meraba-raba maka saya akan mendapatkan jodoh yang suka diraba-raba juga, padahal yang sudah diraba biasanya ditinggalkan, Setuju?? Karena sebejat-bejat lelaki dia akan mencari yang masih suci untuk dijadikan istri, dan istri bukan pacar! Paham kan!

Setiap diri dibumi ini punya nilai diri, punya kadar taqwa dan hanya ALLAH yang tahu nilai kita berapa, kemudian ALLAH yang akan menentukan dengan siapa kita berjodoh sesuai nilai diri, sang penzina akan menikah dengan penzina juga, para pemuda kekasih ALLAH akan diberikan pemudi kekasih ALLAH, dan ALLAH tidak pernah tertukar menjodohkan “kalau gitu yang ini putusin aja ya, terus cari yang alim”, jangan pikir bisa menipu ALLAH! Kalau kita gak alim yah ampe kapan pun dibumi gak bakalan dapat yang sholelah.

Terus bagaimana kalau sudah terlanjur jadi istri atau suami? Solusinya adalah yang sadar duluan yang harus segera men-upgrade diri ini, maka insya ALLAH pasangan kita akan segera mengikutinya. Kalau kita sudah mulai suka membaca Al Quran maka pasangan kita juga akan tertarik untuknya, begitu pula sholat malam atau puasa sunnah, satu yang memulai maka pasanganya akan mengikutinya.

Mari perbaiki diri, perbaiki nilai kita dalam pandangan ALLAH. Mumpung masih ada kesempatan, hijrahlah tinggalkan semua yang menjerumuskan kita ke neraka, hidup ini lebih luas dari sekedar cinta, hidup adalah tempat penghambaan kita, pada Sang Pemilik nafas, semoga tulisan ini juga bisa menasehati saya.

No comments:

Post a Comment