Tuesday 12 May 2015

Manusia Yang Bijak Dan Manusia Yang Ceroboh

PortalRenungan
Jika kita perhatikan dinamika politik di negeri ini, setidaknya disaat kita mulai memahami tentang arti sebuah kekuasaaan atau kepemimpinan, mungkin diantara kita ada yang akan sedekit melebarkan bibirnya kekanan 2 cm dan kekiri 2cm, karena kita tersenyum dengan tingkah orang orang yang ingin menduduki kekuasaan/jabatan atau menjadi pemimpin. Tetapi ngomong ngomong kita begitu juga engga ya? Jangan jangan kita juga termasuk orang yang sangat berambisi untuk menduduki jabatan atau menduduki kursi yang besar. Padahal kalau mau, tinggal ditulis saja dalam kursi kita, sebuah jabatan yang kita inginkan, misalnya boss atau yang lainya. Maka disaat kita menduduki kursi tersebut, berarti kita telah menduduki jabatan yang kita inginkan. He he he.


Sebagian orang yang ceroboh menganggap kekuasaan adalah hak bagi setiap orang. Oleh karena itu, mereka berlomba-lomba mendapatkan, meski dengan cara yang tidak baik, mengorbankan kehormatannya bahkan harga dirinya dihadapan ALLAH dan juga manusia pada umumnya, yang penting berhasil menduduki jabatan yang dia inginkan. Setelah itu dia mendekapnya erat-erat seperti mendekap kekasihnya, yang tak mau lepas walau hanya sekejap mata. Dan jika diangga perlu harus menumbuhkannya jadi sebuah pohon besar yang dipenuhi mitos dan cerita seram penuh kegentaran, sehingga hanya untuk dirinya tidak untuk orang lain.

Kalau sudah begitu tidak perlu heran, ketika sekelompok orang ceroboh itu bertemu, tak lain yang mereka ributkan hanyalah membagi ini dan itu. Coba kita reneungkan bener apa engga ya? Padahal hal itu hanya semata-mata demi sejumput tanah tempat tumbuhnya semak belukar yang justtu tiada guna dan manfaatnya. Kalau sudah begitu yakinlah wahai saudaraku, kekuasaan hanya akan menjadi mahkota duri yang akan melukai pelipisnya sendiri. Astagfirullah.

Bagaimana dengan orang yang bijak? Maka dia akan mengatakan, kekuasaan adalah kata lain dari wajah tanggung jawab. Tak ada tempat lain untuk meletakkannya selain di pundak. Bukan di genggaman. Bukan pula di kepalan. Ia harus dimintai keterangan, untuk apa dan bagaimana ia diperankan. Karenanya, kekuasaan tunduk pada kepada siapa yang memberikan, bukan kepada siapa ia diberikan. Mereka yang orang bijak memikul kekuasaan dengan takjim.

Sebagai bahan renungan kita berikut ini kutipan dua hadist yang berkaitan dengan jabatan;
1. Dari Abdurrahman ibn Smurah ra. Ia berkata : Rasulullah bersabda :”Wahai Abdurrahman Ibn sammurah, janganlah kamu meminta jabatan. Apabila kamu diberi dan tidak memintanya, kamu akan mendapat pertolongan Allah dalam melaksanakannya. Dan jika kau diberi jabatan karena memintanya, jabatan itu diserahkan sepenuhnya".
2. Dari Ibn Umar r.a. Sesungguhnya Rasulullah Saw. Berkata :”Kalian adalah pemimpin, yang akan dimintai pertanggungjawaban. Penguasa adalah pemimpin, dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Suami adalah pemimpin keluarganya, dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Istri adalah pemimpin dirumah suaminya, dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Pelayan adalah pemimpin dalam mengelolaharta tuannya, dan akan dimintai pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya. Oleh karena itu kalian sebagai pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.“

No comments:

Post a Comment