Sunday 10 May 2015

Kita Adalah Yang Keluar Dari Mulut Kita

PortalRenungan
Kata orang ”Setan itu mencari sahabat sahabatnya dan ALLAH melindungi kekasih kekasihNYA”. Salah satu agar dicintai ALLAH dan menjadi kekasih ALLAH adalah dengan menjadi ahli dzikir dan sifat dari para ahli dzikir itu “diamnya dzikir, bicaranya dakwah”.

Tahukah kita bahwa apa yang keluar dari mulut kita itu adalah kita”. Mari kita renungkan apa yang pernah kita ucapkan, perkataan baikkah atau kata kata yang menyakitkan kita yang mampu kita ucap, atau rentetan dusta yang tak mampu kita bendung, lalu terbayang oleh kita ketika sumbu amarah kita tersulut oleh perbuatan orang lain yang tidak menyenangkan hati, kita memaki dengan kata kata “bodoh” '"kerja apa main-main sih" dan lain lainya. Kata bodoh dan seterusnya yang kita tunjukan untuk orang lain sesungguhnya itu adalah kita. Ketika kita mengatakan orang itu “ular berkepala dua” karena suka mengadu domba dan memfitnah, mungkin kita juga begitu, jadi siapa kita, kita adalah yang keluar dari mulut kita.

Diam itu adalah emas, diam adalah ibadah yang tanpa bersusah payah, diam adalah perhiasan bibir tanpa berhias dengan pemerah, diam adalah kehebatan tanpa kerajaan, benteng tanpa pagar, kekayaan tanpa meminta kepada orang, istirahat bagi kedua malaikat pencatat amal, penutup segala aib“. Subhanallah, indahnya diam.

Coba kita bayangkan, jika dalam sehari itu ada 24 jam, dikurangi jam tidur kita 6 jam maka kita punya waktu hidup 18 jam dalam 18 jam ini berapa banyak kata kata bak meteor yang keluar dari mulut kita, jalan di Bekasi-Jakarta yang padat membuat kita emosi dan memaki motor yang nyerempet mobil/motor kita seenaknya, di rumah ada si mbok yang kerap kita perintah dengan kata yang kurang manis, di tempat kita menjemput rejeki kita berhadapan dengan orang orang yang tidak selalu manis dan kita membalasnya dengan lebih pahit lagi, ke Orang tua kita mungkin kita tak bermaksud membentak tapi “huh” yang keluar dari mulut kita mungkin melukainya, jika kita tak mampu berkata kata yang menyenangkan sebaiknya kita diam, jika hanya bisa bohong dan bohong yang keluar dari mulut kita sebaiknya kita tidak bicara sama sekali, jika hanya luka dan makian mending diam.

Sungguh lidah memang tak bertulang, setiap gerakannya akan menggetarkan pita suara, dan suara yang keluar jika tak bernilai kebaikan sebaiknya diam, dan mustinya kita harus selalu ingat bahwa setiap gerakan lidah akan dimintai pertanggungjawaban oleh ALLAH di mahkamah ALLAH nanti, iya lidah akan dihisab, bicara apa dan berkata apa, di mahkamah ALLAH tidak ada pengacara yang akan membela apalagi membenarkan ucapan kita, di sana lidah kita hanya akan berkata jujur tentang semua yang pernah kita ucapkannya, dan betullah seharusnya kita DIAM ketika tidak bisa berkata benar, diam dan bertafakur, bukan diam terus melamun yang jorok atau memikirkan yang seharusnya tidak kita pikirkan.

Semakin banyak bicara semakin banyak salah, maka diam itu tidak pernah salah, jadi mulai sekarang ada baiknya kita belajar menjadi pendengar dan bukan pembicara, kekasih ALLAH itu diamnya dzikir, bicaranya dakwah.

Kalau dihina tidak usah dibalas dengan hinaan, rugi lah mengotori lidah dengan menghina orang itu lagi, ketika ada orang yang menghina kita kan orang itu sedang menghina dirinya sendiri kan sebetulnya, ketika kita membalas lagi dengan hinaan, terus apa bedanya dong kita dengan dia? Habis pahala dan energi hanya untuk membalas sesuatu yang gak penting lagi buat kita bukan? biarkan saja,sudahi saja dengan diam dan senyum manis.

No comments:

Post a Comment