PortalRenungan.
Alhamdulillah Ramadhan sebentar lagi. Selama satu bulan, Insya ALLAH kita akan berlatih untuk mengendalikan diri saat berpuasa, menghafal atau membaca prosedur-prosedur kehidupan disaat membaca Al Quran dan Al Hadist, merajut ukhuwah saat taraweh berjamah, berbagi dengan sesama ketika buka puasa bersama dan berzakat fitrah dan kemudian dihari yang fitrah yakni tanggal 1 Syawal kita disatukan kembali dengan gema takbir bekumandang menggetarkan hati dan alam semesta ini.
ALLAHUAKBAR, Semoga amalan-amalan yang akan kita lakukan nanti akan berhasil mengantarkan kita kepada tujuan utama kita, yaitu menjadikan manusia berpredikat muttaqin, yang dengan predikat tersebut insya ALLAH akan mengantarkan kita kepada kepribadian yang saleh secara individu dan secara jamaah.
Seharunya Ramadhan akan mencetak pribadi-pribadi yang unggul, pribadi yang tetap bersemangat bekerja walau lapar dan haus mendera, rasa lelah letih dan cape justru semakin membuat nyata akan adanya sang maha pencipta yang tidak pernah tidur dan selalu menyertai pekerjaan hamba hambanya. Ramadhan seharusnya akan menumbuhkan kesadaran batiniah untuk menjejakkan etos profesionalisme dalam segenap raga dan segera membawa kita menjadi insan-insan yang dinamis dengan dinamika perubahan. Berprestasi, dan menuju manusia produktif, mulia nan bermartabat. Amiin.
Kalau kita renungkan Ramadhan mengajarkan tiga pilar kunci yang rasanya layak dicermati manakala ada asa untuk menjadi insan yang profesional.
Pilar yang pertama adalah achievement orientation.
Sebuah sikap yang mengedepankan pencapaian target yang telah dicanangkan dengan rapih dan apik. Iya bahwa salah satu faktor yang membuat sebuah komunitas/masyarakat/bangsa lebih unggul dibanding yang lainnya adalah lantaran mereka dipenuhi dengan individu yang punya high need for achievement. Dan di bulan Ramadhan nanti kita diajarkan untuk melakukan achievement orientation dengan menjadikan kita insan muttaqin.
Disitulah kita akan mengerti, need for achievement merujuk pada gairah untuk melakoni kerja yang sebaik-baiknya demi terengkuhnya hasil karya yang juga layak dibanggakan. Disana yang muncul adalah sebuah etos, sebuah dedikasi, dan sebuah tanggungjawab untuk meretas prestasi terbaik.
Ketika rangkaian tugas dan tantangan membentang didepan kita, yang kemudian muncul adalah sebuah niat tulus untuk mentransformasi rangkaian tantangan dan tugas itu menjadi sebuah prestasi kerja dan menjadi amal shalih. Dan orang-orang yang memiliki High NAch (need for achievement )selalu percaya bahwa berderet tugas – apapun tugas dan pekerjaan itu – selalu merupakan sebuah rute untuk mempersembahkan karya terbaik.
Pilar yang kedua adalah sebuah ikhtiar untuk terus belajar mengembangkan kompetensi diri.
Sebuah tekad yang dibalut oleh semangat untuk mempraktekkan prinsip lifetime learning (belajar sepanjang hidup). kita harus yakin bahwa selalu akan ada celah dan ruang untuk terus memekarkan potensi dan kapasitas diri. Selalu akan ada jalan untuk merekahkan pengetahuan, membasuh ilmu dan merajut ketrampilan.
Kita paham bahwa Ramadahan adalah bulan tarbiyyah, dimana kita belajar mengembangkan kompetensi selalu bisa direngkuh dari segala jurusan. "everyone is a teacher and every place is a school". Sebuah kalimat yang indah bukan? Iya, sumber ilmu selalu bisa dijemput dari siapapun – entah dari seorang guru, dari atasan, bawahan, rekan kerja atau dari para pelanggan. Dan sumber ilmu juga dicegat dari lokasi mana saja : dari sekolah, dari perpustakaan, dari pasar yang penuh keramaian, atau dari lingkungan kantor yang selalu penuh dinamika.
Pilar yang ketiga adalah ruh spiritualitas yang kokoh.
Saya berpikir profesionalisme yang paling hakiki hanya akan punya makna jika ia dibalut oleh semangat spiritualisme yang kokoh. Inilah sebuah semangat yang selalu percaya bahwa segenap laku jejak kehidupan profesional kita selalu ditautkan pada pengabdian kepada Yang Maha Mencipta. Dan sesungguhnya, sholatku, ibadahku, dan hidup matiku hanyalah untuk ALLAH Sang Pencipta Alam Semesta.
Sebab itulah, insan yang profesional tidak hanya cerdas dalam praktek manajemen modern, namun juga mereka yang hatinya selalu rindu akan mesjid. Insan profesional sejati tidak hanya fasih bicara mengenai strategi dan leadership, namun mereka juga senantiasa fasih berdzikir memuja kebesaran Sang Pencipta.
Dan insan profesional sejati tidak hanya tangkas mengelola tugas dan mengambil keputusan, namun mereka juga selalu mau bangun ditengah malam : berkontemplasi, membangun sebuah meeting yang sangat intens dengan Sang Pemelihara Jagat Raya.
Semoga kita disampaikan oleh ALLAH SWT kepada Ramadhan Tahun ini. Yaa ALLAH Kabulkanlah harapan kami semua ini. Aamiiin.
No comments:
Post a Comment