Friday, 19 June 2015

Al-Qur'an Sumber Kejayaan (QS Al-Anbiya)

PortalRenungan.
Sesungguhnya telah kami turunkan kepada kamu sebuah kitab yang didalamnya terdapat sebab sebab kemuliaan bagimu, maka apakah kamu tidak memahaminya? (QS. Al Anbiya ; 10)

Surat Al Anbiya terdiri dari 112 ayat termasuk golongan surat Makkkiyyah, dimana yang menjadi pokok kajiannya diantaranya adalah tentang keesaaan Alloh, Legitimasi terhadap kebenaran risalah, hari kebangkitang dan pembalasan, Qiyamah dan kedahsyatannya dan juga kisah kisah para Nabi dan Rosul.

Dinamai surah Al Anbiya (nabi–nabi) karena didalamnya mengutarakan beberapa kisah para nabi, disebutkan didalmnya bagaimana kesungguhan mereka dalam memperjuangkan al haq, kesabaran, variasi berda’wah dan juga pengorbanan mereka untuk menegakkan kalimatulloh dimuka bumi.

Diantara pokok-pokok kajian didalam surah ini adalah sebagai berikut;
1. Keimanan; para nabi dan para rosul itu selamanya diangkat Alloh dari kalangan manusia, langit dan bumi akan hancur jika ada Tuhan selain Alloh swt, semua rosul membawa ajaran tauhid dan kehancuran manusia jika merek amenyembah selain Alloh, semua yang bernyawa akan merasakan mati, cobaan yang diberikan Alloh bisa berbentuk kebaikan atau keburukan, hari kiamat itu datangnya secara tiba tiba.

2. Kisah–Kisah; Kisah Nabi Ibrahim ‘alaihis salam, nabi Nuh as, Nabi Daud as, nabi Sulaiman, nabi Ayyub as, Nabi Yunus dan Nabi Zakaria as.

3. lain lain; Karunia Al Quran, Kehancuran suatu ummah karena kezalimannya, kemaha agungan ciptaan Alloh swt, bumi akan diwariskan kepada orang yang mampu memakmurkannya, tanda tanda hari kiamat, sesuatu yang hidup berasal dari air.


Ayat ke 10 dari surah Al anbiya ini masih berada dalam rangkaian pembelaan Alloh swt terhadap kebenaran risalah kenabian Muhammad shollallohu ‘alai wasallam atas tuduhan orang orang kafir yang mengatakan bahwa Muhammad itu penyair dan Al Quran itu suatu hal yang di buat buat oleh Muhammad.

Maka ayat yang ke 10 inilah diantara jawaban yang Alloh swt kemukakan kepada orang kafir tersebut, dimana Alloh swt memulainya dengan menggunakan 3 penguat yang menunjukkan tingkat keseriusan yang luar biasa dimana hal itu bisa diidentifikasi dengan penggunaan la qod dan laqod disambung dengan fiil madhi yaitu anzalna dan tidak hanya lit taukid ketika laqod disambung dengan fiil madhi akan tetapi juga berfungsi sebagai lit tahqiiq ( menegaskan kebenarannya ).

Diantara hal – hal yang ditegaskan oleh Alloh swt didalam ayat ini adalah :
1. Bahwa Al Quran bukanlah bikinan Muhammad shollallohu ‘alai wasallam akan tetapi Al Quran itu kalamulloh yang diturunkan kepada Muhammad dan sampai kepada kita secara mutawatir yang tertulis didalam kitab mulai dari surah al fatihah sampai surah annas dan menjadi ibadah ketika membacanya. Maka oleh karena itu Al Quran al; karim terjaga dan senantiasa akan dijaga oleh Alloh keotentikannya baik secara lafadznya ataupun maknanya. Sesungguhnya kamilah yang menurunkan Al Quran dan sesungguhnya kami benar benar akan memeliharanya. ( Al Hijr : 9 )

2. Di dalam Al Quran terdapat hal hal yang agung yang mana hal ini dungkapkan dengan kata dzikrukum.

3. Ada kewajiban kewajiban kita sebagai kaum muslimin terhadap Al Quran hal ini bisa difahami dari afala ta’qilun ( apakah kamu tidak memahaminya ) ?

Memahami lafadz Dzikrukum
Dzikrukum terambil dari kata dzakaro yang artinya menyebut, dari kata inilah kita biasa mendengar kata dzikrulloh yang mengandung pengertian senantiasa menyebut dan ingat kepada Alloh, dan dengan hal ini Imam Al Ashfahani dalam Mu’jam Mufrodatil Al fadzil Quran mengatakan bahwa dzikr bisa dengan lisan dan juga dengan hati.

Imam As suyuthi dalam Ad durrul mantsur fit tafsir al Ma’ tsur menyebutkan pendapat Ibnu Abbas rodiyallohu ‘anhu tentang dzikrukum yaitu syarofukum ( kemulian kalian ) Sedangkan Said hawwa didalam tafsirnya Al Asas fit tafsir menyebutkan ada pendapat lain yang mengatakan tentang makna dzikrukum yaitu mau’idzotukum ( nasehat bagi kalian ) dan Syeikh Muhammad Ali Ash Shobunni dalam tafsirnya Shofwatut tafasir menambahkan dengan syarofukum wa ‘izzatukum ( kemuliaan dan kejayaan bagi kalian ).

Dari sini kalaulah kita ringkas bahwa para ulama tafsir mengartikan lafadz dzikrukum diantaranya dengan tiga hal yaitu: mau’idzotukum ( nasehat bagi kalian ) , syarofukum ( kemuliaan bagi kalian ) dan ‘izzatukum ( kejayaan bagi kalian ).

1. Mau’idzotukum (nasehat bagi kalian)
Kita memang orang yang sudah cukup umur bahkan mungkin “sudah banyak makan garam” sudah banyak pengetahuan dan pengalaman yang kita dapatkan, akan tetapi dalam satu kondisi mungkin kematangan kita terkadang tidak stabil bahkan terkadang kita kalut, sering gundah dan bingung harus bagaimana didalam mengarungi kehidupan ini. Maka disinilah Al Quran sebagai guidance book yang akan terus membimbing kita, Al Quran akan senantiasa mengajarkan lillah (karena Alloh dalam segala aktivitas dan dedikasi) ma’alloh (dengan syari’at Alloh kita akan bersistem) ilalloh (hanya keridhoan Alloh orientasi akhir kita). “(yaitu) orang orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Alloh, Ingatlah hanya dengan mengingat Alloh – lah hati menjadi tentram. (Ar ro’du : 28) Dan sesungguhnya Al Quran itu peringatan bagimu dan bagi kaummu (Az zukhruf : 44).

2. Karomukum ( kemuliaan bagi kalian )
Banyak “tafsir” orang terhadap kemuliaan, ada yang mengatakan standar kemuliaan itu dengan hart, ada yang dengan pangkat, ada yang dengan jabatan dan kedudukan, ada dengan keturunan dan banyak lagi “tafsir” manusia untuk memaknai kemuliaan.

Islam secara tegas memaknai kemuliaan itu dimana inti kemuliaan yang distandarkan oleh Islam bukanlah pada unsur materi yang sifatnya sesaat dan punah akan tetapi kemuliaan yang distandarkan oleh Islam adalah unsur keabadian yaitu ketakwaan (Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Alloh ialah orang yang paling bertaqwa diantara kamu. Al Hujurat : 13) sehingga darisinilah Islam tidaklah membedakan antara yang berpangkat dan tidak, antara yang putih dan hitam antara suku dan suku lainnya yang membedakannya hanyalah dengan taqwa.

Oleh karena itu pula sangatlah naif jika ada seorang muslim yang menjadikan tafsir kesuksesannya adalah jika hartanya melimpah jika jabatannya tinggi, sekali kali tidak akan tetapi justru hartanya yang melimpah itu, dan pangkatnya yang tinggi itu dia pergunakan untuk lebih ‘intim’ dengan Alloh dan untuk memfasilitasi perjuangan dalam menegakkan kalimatulloh sebagaimana janjinya inna sholaati wanusuki wamahyaaya wa mamaati lillahi robbil ‘alamiin ( sesungguhnya sholatku dan seluruh ibadahku, hidup dan matiku hanyalah untuk Alloh rob semesta alam.

3. Izzatukum (kejayaan bagi kalian)
Inilah satu hal yang kita idamkan, dimana kejayaan itu harus ada ditangan kita sehingga kita bukanlah bangsa yang terlindas. 


Sejarah umat manusia telah membuktikan kepada kita bahwa bangsa arab yang dulu tidak pernah menjadi perhatian bangsa bangsa lain karena dominasi peradaban ada pada dua adidaya; sebelah barat dengan kekuasaaan Romawi-salibis dan sebelah timur kekuasaan Persia – mistis, akan tetapi hanya dengan waktu 30 tahun saja sebagaimana disebutkan oleh Imam Ibnu Katsir didalam tafsirnya, bangsa arab yang tadinya sama sekali tidak mendapat perhatian justru sebaliknya menjadi pusat perhatian seluruh bangsa bangsa (bahkan sampai hari ini) dan mereka mampu menggantikan peradaban bobrok dua adidaya tersebut dalam jangka waktu yang sangat singkat dan dengan jalan perdamaian bukan dengan jalan peperangan. Dan kekuasan yang dicontohkan mereka mampu bertahan sampai 14 abad lamanya, sungguh masa kejayaan yang amat lama dan kontribusi yang sangat banyak dan berharga bagi kehidupan umat manusia. 


Pertanyaannya sekarang apa rahasia kejayaan mereka ? maka kita akan dapatkan jawabannya, bahwa kejayaan yang mereka dapatkan adalah karena mereka berpegang teguh pada Al Quran al karim, mereka telah menjadikan Al Quran sebagai rujukan pertama dan utama. Tidak seperti kita pada saat ini yang terkadang lebih suka dengan pendapat pendapat seorang tokoh kontemporer, pendapat elit politik dan lain lain yang belum jelas kebenara dan landasan nya. Sungguh benar apa yang di sabdakan Rosul bahwa kelak akhir zaman kalian akan melihat pebedaan perbedaan yang sangat banyak maka berpegang teguh lah pada Al Quran dan sunnah maka kalian tidak akan pernah tersesat selamanya. Akan tetapi umat ini bahkan mungkin kita lebih menyukai langkah dan startegi kafir kita mengikutinya sejengkal demi sejengkal se depa demi sedepa sehasta demi sehasta dan seterusnya walau mereka mengajak kita ke lubang busuk, pada kehinaan peradaban dan pada penindasan nurani dan martabat manusia bahkan bangsa. Hal ini terjadi karena mereka amat mengetahui kelemahan kita yaitu dengan menyingkirkan kita, menjauhkan kita dari Al Quran. (dan orang orang yang kafir berkata; “ janganlah kamu mendengan sungguh sungguh akan Al Quran ini dan buatlah hiruk pikuk terhadapnya supaya kamu dapat mengalahkan  mereka) QS. Fush shilat : 26 .

Shohibudz dzilal mengatakan bahwa kemukjizatan Al Quran terbuka bagi semua generasi karena kemukjizatan Al Quraan tidaklah seperti benda yang cepat punah dan hanya berlaku pada satu generasi saja. Dan Al Quran akan memberikan taastur / pengaruh serta efek yang kuat pada setiap generasi yang memahaminya. Dari sinilah kita memahami bahwa kwetika kita menginginkan kejayaan maka hal pertama kali yang harus kita lakukan adalah kembali kepada Al Qyuran karena Al Quran sebagai bekal dalam meraih kejayaan kita sebagai umat islam.

Memahami kalimat afalaa ta’qilun ?
Secara literal kalimah diatas bisa diartikan dengan apakah kalian tidak memahaminya ? kalimah ini menurut para ulama berbentuk istifham inkariy (pertanyaan yang tidak membutuhkan jawaban) karena Alloh swt maha mengetahui jawaban tersebut akan tetapi kenapa pertanyaan ini disodorkan maka menurut para ulama diantara fungsinya adalah lil taubikh (untuk menghinakan).

Sebagaimana disebutkan pada awal pembahasan bahwa ayat ini ditujukan kepada orang kafir makkah yang menuduh penyair pada Muhammad saw dan menuduh bahwa Al Quran itu bikinannya. Maka pantas ayat ini diakhiri dengan dengan penghinaan terhadap mereka yang enggan beriman kepadanya setelah ditegaskan kebenaran Al Quran baik secara penurunan ataupun secara kandungan (dari Alloh swt untuk kebaikan manusia di dunia dan akhirat), lalu apakah hubungannya dengan kita ?

Ada sebuah kaidah yang disebutkan oleh para ulama tafsier; Al ‘ibratu bi umumil lafzi laa bi khusussis sabab ; menganbil ibroh (pelajaran) dilihat dari keumuman lafadz tidak hanya dengan kekhusussan sebab. Maka dari sini kita bisa fahami walaupun memang secara redaksi hal ini ditujukan kepada kafir Makkah akan tetapi hal itu sebanarnya juga berlaku bagi kita ketika sikap dan apa yang dilakukan oleh kita sama dengan yang dilakukan oleh kafir makkah ; tidak mempercayai Al Quran.

Oleh karena itu penulis ingin menyodorkan beberapa kewajiban kita terhadap Al Quran :
1. Mengimaninya bahwa hal itu benar dari Alloh yang diturunkan kepada nabi Muhammad shollallohu ‘alaihi wasallam.

2. Membacanya karena membaca adalah jendela pengetahuan dan kedudukan membaca Al Quran tidaklah sama dengan yang lainnya, satu huruf saja yang kita baca dari Al Quran maka 10 kebaikan yang Alloh swt janjikan kepada kita bukan aliflammim itu satu huruf akan tetapi alif satu huruf lam satu huruf dan mim satu huruf.

3. Memahaminya karena dengan pemahamanlah hal itu akan mampu terjadi proses internalisasi pada diri kita akan mampu mendarah daging pada jiwa kita

4. Mengamalkannya karena Al Quran bukan hanya kitab suci yang dicetak pada lembaran lembaran kertas, akan tetapi Al Quran haruslah kita jadikan pedoman aktifitas kita semua didorong untuk menjadi Al Quran – Al Quran yang berjalann diantara manusia, sebagaimana Rosullulloh akhlaqnya Al Quran beliaulah Al Quran yang berjalan itu.

5. Mewariskan pada setiap generasi yang kita lahirkan. Sungguh tidak ada yang menjami; kita memang senantiasa beruinteraksi dengan Al Quran pada hari ini akan tetapi siapa yang menjamin bahwa hal ini akan dilakukan pula oleh generasi generasi kita oleh karena itu sungguh amat beruntung yang menjadi warisan berharga pada anak cucunya adalah Al Quran sungguh sangat beruntung bagi yang mendepositokan pada setiap generasinya Al Quran.

Mudah mudahan tulisan ini mengingatkan kesadaran kita untuk senantiasa meningkatkan kwalitas dan kwantitas kita dalam berinteraksi dengan Al Quran, semoga kita termasuk orang orang yang diberikan nikmat oleh Alloh dengan memahami Al Quran dan mewakafkan seluruh hidup kita untuk memperjuangkan tegaknya Al Quran dan sunnah Rosul dan mudah mudahan terlahir dari kita generasi generasi Qurani. Amin ya mujibas saailiin.
Wallohu ‘alam bih showab.

Referensi
1. Al Quran Al karim
2. Ali Ash shobuni, Shofwatut tafasir, Cairo; Darus Shobuni, Cet IX tt
3. Ar Roghib Al Asfahani, Mu’jam Mufrodatil Al fadzil Quran, Bairut: Darul Firk, tt
4. Ibnu Katsir, tafsier Quranil Adzim
5. Imam As Suyuthi, Ad durrul mantsur fit tafsir al ma’tsur, Bairut; Dar kutub ilmiyyah, Cet I thn 1990
6. Imam Asy Syaukani, fathul Qodir, Cairo; Darul Hadits, Cet I thn 1993
7. Muhammad Fusd Abd baqi, Al Mu’jam Al Mufahros Li Al Fadzil Quran Karim, Cairo: Darul Hadits, Cet I thn 1996
8. Said hawwa, Al Asas fit tafsier, Cairo; Darus salam, Cet I thn 1985
9. Sayyid Qutb, Fi dzhilalil Quran, Cairo: Darus syuruq, Cet



No comments:

Post a Comment