PortalRenungan
Tulisan ini terinspirasi dari tulisan karya Agnes Danover yang menceritakan perjuangan seseorang melawan kanker yang di deritanya dan kemudian kanker tersebut menjadi jalannya untuk kembali menghadap sang penguasa alam semesta ini, ALLAH SWT. Saya mempersembahkan untuk semua dengan sedikit sentuhan bahasa jiwa dengan harapan kita semua bercermin betapa hidup ini adalah perjuangan dan kepulangan adalah sebuah akhir dari perjuangan itu.
ALLAH bolehkah saya menulis surat kecil untukMU, memohon satu hal kecil untukMU, bolehkah saya melihat bulan dan bintang, bolehkah saya hidup untuk waktu yang lama, dan bolehkah saya tersenyum untuk waktu yang lebih lama agar tidak ada air mata lagi dalam hidup saya.
Ketika sebagian organ tubuh saya rusak ketika bersarang kanker di paru-paru dan otak saya, maka saya selalu berpikir bahwa ini tidak akan menghakhiri hidup saya, karena saya hanya berharap hidup bersama kanker dan menjadi kuat dengan berteman dengannya bukan memusuhinya, berharap bisa hidup normal walau dari hari ke hari bertambah lemah dan tidak sehat, dan ketika semua orang menanyakan kabar saya maka saya hanya punya satu kata bahwa “saya baik baik saja“ padahal saat itu saya sedang menahan sakit kepala yang super hebat, padahal saat itu saya sedang berusaha menahan agar darah yang mulai mengalir melalui hidung dan terlalu banyak untuk ditampung oleh satu kotak tissue sekalipun karena semakin kuat tekanan ke otak maka semakin deras darah mengalir melalui hidung dan mulut saya, tapi saya baik baik saja dan saya ingin semua orang yang mencintai saya berpikir bahwa saya baik baik saja.
Bahkan ketika satu kaki saya tidak mampu saya gerakkan, ketika kaki saya tidak lagi mau menjalankan perintah saya untuk bergerak maju atau sekedar menopang tubuh mungil saya, saya tetap mengatakan bahwa ini bukan lumpuh, ini hanya kurang makan makanya saya lemes, dan saat itu saya ingin tidur, sangat ingin memejamkan mata dan sangat ingin beristirahar, ini bukan kehabisan darah, itu yang saya bisikin dalam hati, ini hanya karena keinginan saya menjadi drakula jagoan yang cantik yang harus mengalami transfusi… dan saya meminta kepada Ayah, Om, Tante, Sahabat2 yang tak pernah lelah mengelilingi saya bahkan kekasih saya untuk tidak menangis, karena jujur, merekalah yang membuat saya takut untuk tidur karena saya takut ketika bangun mereka tidak ada disamping saya.
Detik berlalu, menit berlalu, hari dan bulan, seperti menghitung mundur waktu ketika kanker dalam tubuh saya menyebar ke seluruh organ tubuh, kepala yang terasa tertekan, hidung yang mulai kehilangan kepekaan, paru paru yang terus mengeras dan semakin sulit menghimpun oksigen untuk sekedar bernapas dan sayapun tak kuat melihat, kanker ini merusak semua yang bisa saya lihat oleh mata.
Dan ketika dokter memasukkan sesuatu ke dalam tubuh saya dengan diiringi sakit yang luar biasa, dan saya berusaha untuk tidak meronta kesakitan dan berjuang untuk tidak lagi menangis walau sadar ini sakit hingga menidurkan saya, saya ingin tidur panjang agar tak lagi terasa sakit ini, saya ingin memiliki sayap agar dapat terbang mengelilingi gunung dan melewati samudera, menembus awan dan menuju langit, bertemu para bidadari berbaju putih, dan berambut hitam panjang, memasuki istana yang megah yang didalamnya ada mahluk ALLAH yang menanti penuh cinta dan kasih sayang.
Dan saya ingin tidak ada yang menangisi saya ketika saya harus berpulang, semua kenangan tak akan lekang, tak akan sirna walau mungkin saya tidak mempunyai napas untuk menghirup dunia, namun saya mempunyai napas untuk mengingat semua kenangan indah selama bersama di dunia.
Ketika sayup masih terdengar ayah memanggil nama saya, ketika sayup isak sahabat dan kekasih saya ketika bidadari berbaju putih itu semakin dekat dan ketika cahaya semakin memudarkan pandangan … dan setelah ikhlas saya minta kini saya siap untuk pulang dengan melepaskan semua sakit akibat kemo, tak akan ada lagi darah yang mengucur dan tak akan ada lagi sesak didada, kini saya siap menuju istana dilangit itu… dan semua diam pertanda bahwa saya telah meninggalkan dunia ini, jika itu terjadi bolehkah? bolehkah!"
Innalillahi wa inna illaihi rajiun. Ia menghembuskan napas terakhirnya dengan wangi melati yang selalu digengamnya, dengan ditemani oleh Ayahnya, sahabat-sahabat dan kekasihnya, Ia mengakhiri perjuangan dan ketegaran, sungguh tak ada yang abadi, namun kehidupan yang ditinggalkannya mengajarkan suatu ketabahan, kekuatan, cinta untuk kita orang-orang yang ditinggalkannya.
Saudaraku. Alhamdulillah kita masih hidup, masih bisa bekerja, yang jelas ALLAH masih percaya kepada kita untuk mengisi ruang waktu kehidupan ini. Semoga hari ini kita bisa berkarya lebih baik dari hari-hari yang telah lalu. Dan marilah kita jadikan hari ini hari terindah yang pernah menghiasi hidup kita.
No comments:
Post a Comment