PortalRenungan
Masih ingatkah pepatah lama "Gajah di pelupuk mata tak terlihat, semut di seberang lautan terlihat"., seberapa sering saya melihat kesalahan orang lain tanpa pernah mampu melihat kesalahan sendiri. Seberapa sering saya melihat orang-orang yang menyakiti saya dan mengumpat namun jarang menyadari bahwa luka yang sama bahkan lebih dalam lagi telah saya torehkan dihati orang lain. Seberapa sering saya melempar batu dan sembunyi tangan, menjadi orang yang sangat pengecut padahal ALLAH mengetahui apa-apa yang saya lakukan.
Ya, berani mengakui kesalahan memang hal yang amat sulit dilakukan oleh manusia, termasuk saya tentunya karena yang gampang itu memang menyalahkan orang lain, dan saya biasanya milih yang gampang, kalau bisa nyalahin orang lain kenapa harus nyalahin diri sendiri, hehehehe salah kaprah. Ketika motor saya nyerempet motor orang lain itu bukan karena saya ngantuk/lalai/ugal-ugalan tapi karena pengendara motor itu yang oleng dan gak hati hati, ketika tangan saya kena pisau dan luka itu karena pisaunya yang terlalu tajam bukan karena saya yang motong sambil ngelamun/menghayal hingga melenceng arah pisau, ketika saya telat datang ke kantor itu karena jalanan macet bukan karena saya bangun kesiangan, he he he. Pokoknya selama masih bisa menyalahkan orang lain, tidak perlu menyalahkan diri sendiri.
Tetapi pernah tidak kita berpikir bahwa dengan mengakui kesalahan ini sebagai milik kita, maka kita belajar untuk tidak melakukan kesalahan yang sama lagi, selama kita tidak mengakuinya bagaimana kita mau belajar dong !! manusia kadang pengen jadi gajah yang semua di injak-injak.
Ya, mengapa kita tidak bersikap jujur bahwa kesalahan yang dibuat tersebut adalah salah saya, milik saya, saya melakukan ini dan itu dan saya bertanggung jawab atas resiko yang ada dan saya seharusnya berterima kasih pada kesalahan kesalahan yang saya buat karena saya mendapat pelajaran berharga dan tidak mengulangi kesalahan tersebut. Dan bisa dipastikan kita juga pasti sangat marah jika terkena masalah dari lemparan orang lain. Kita harus melatih jujur dan menumbuhkan jiwa jujur dalam diri sendiri, mulai saat ini karena esok mungkin terlambat.
Saudaraku, kejujuran itu indah lho, meski pahit kata orang, meski setelah jujur kita harus jungkir balik memperbaiki kesalahan setidaknya kita membuat diri diri ini lebih baik dan lebih baik lagi, bukankah salah satu ciri ciri pecinta ALLAH adalah mereka yang sibuk memperbaiki diri sendiri bukan mereka yang sibuk mencari kesalahan orang orang, tak ada untungnya mencari kesalahan orang lain, hanya membuat jiwa menjadi lelah, ehm tentunya kita gak mau menggadaikan bahagia kita dengan gelisah karena memikirkan orang lain yang belum tentu juga salah.
Jadi, mulai sekarang jujur dan belajar melihat kesalahan sendiri, menjadi jujur seperti seorang ksatria dan berwibawa, atau mencoba tidak jujur (bohong) seperti seorang pencuri yang terhina dan tidak berharga, pecundang dan looser, kata guru mengaji “JUJUR sebagian dari Iman”. Dan setelah jujur dengan kesalahan maka waktunya melangkah menjadi manusia yang lebih baik dan lebih baik lagi, menjadi hamba yang dibanggakan oleh penciptanya, iya mari membuat ALLAH bangga karena telah memiliki hamba seperti kita, hamba hamba yang jujur, hamba hamba yang tak mudah terprovokasi dan ramai ramai menghujat orang lain yang belum tentu salah dan semoga kita mampu menjadi hamba hamba yang mampu melihat kesalahan diri sendiri.
Kalau memang kita salah kenapa harus ngumpet dari kesalahan, bukankah kita semua berbuat salah, kan manusia tempatnya khilaf kan, semoga kita dicintai ALLAH karena kejujuran dan keberanian kita mengakui kesalahan. Irhamna Ya ALLAH.
No comments:
Post a Comment