Sunday 26 April 2015

Menjadi Manusia Yang Cerdas

PortalRenungan
Apa khabar saat ini?. Semoga sehat selalu, bahagia dan insy ALLAH menjadi insan mulia dan terhormat. Aamiin.

Tidak tersa waktu menggerogoti usia kita, tiap hari kita ambil jatah hidup kita, jam demi jam, hari demi hari berganti, dan tahun demi tahun terus berguguran, bagaikan dedaunan yang meranggas karena tak mampu lagi untuk bergantung. Kita tidak tahu apakah masih banyak sisa usia kita atau sudah dekat bahkan sudah dekat sekali dengan batas usia kita. Berbahagialah bagi mereka yang kecepatan waktu berlalu sebanding dengan banyaknya perbekalan yang disiapkannya untuk satu perjalanan panjang dan abadi, dimana hanya ada dua akhir tujuan perjalanan yaitu surga atau neraka.

Pernahkah kita berta'ziyah saat ada saudara kita meninggal dunia?. Bisa jadi pemandangan yang terlihat kala itu sama seperti yang saya lukiskan berikut ini. Ketika saya sampai dirumah duka, raga sahabat saya sedang dimandikan untuk kemudian diberi kapas seluruh wajahnya dan untuk kemudian dikaffani lalu kemudian dinaikan di kerada berselendang hijau dan dishalatkan dan dimasukan kedalam lipatan tanah… lalu menunggu sang pemilik napas memanggil untuk mempertanggung jawabkan semua yang pernah dilakukan didunia yang fana ini, sejak lahir hingga tertutup panggung sandiwara yang diperankannya, usai sudah hanya tinggal nama yang akan di ingat.

Ketika kita melihat semua prosesi itu, yang mengeliat di dalam jiwa adalah jika yang terbaring kaku penuh senyum itu adalah diri sendiri, yang terbungkus kafan itu adalah diri ini dan yang diletakan dikeranda untuk kemudian dimasukan kedalam lipatan tanah itu adalah raga ini … lalu siapkah kita berdiri tegak dimahkamah ALLAH jika apa yang kita lakukan masih sama dengan yang kemarin kemarin??..cukupkah amalan kita untuk dapat mengharap ampunan dan syafaatnya,?? jika TIDAK maka yang terbayang adalah ketakutan yang tak terhingga, yang terbayang adalah azab yang sangat perih menindih raga dan jiwa ini, dan hampir dipastikan jika itu ditanyakan kepada diri saat ini “Sahabat, siap gak jika panggung sandiwara ditutup sekarang?” maka jawabannya adalah saya BELUM siap.

Lalu jika saat sandiwara di dunia ini usai sudah, masihkah kita mampu memohon agar diberi waktu lebih lama lagi, karena kita ingin memperbaiki nilai taqwa, menjalankan semua perintahNYA dan menjauhi laranganNYA… pasti sang penjemput akan mengatakan bahwa “waktu yang kemarin seharusnya cukup, untuk menghapus dosa dosa kamu, tapi kenapa kamu gak pergunakan dengan baik setiap napas yang dititipkan"

Jika demikian terjadi bahwa saya bukan orang yang cerdas melihat berbagai peringatan dan kurang cerdas memanfaatkan waktu untuk memohon ampunan dan beribadah lebih giat lagi agar koper penuh dengan amalan ketika saya pulang nanti, saat ini koper saya masih terlalu enteng bahkan nyaris kosong .
Kemudian saya teringat bahwa manusia pilihan ALLAH yang akan mengisi surga NYA adalah; manusia yang CERDAS, yang senantiasa berdzikir menyebut asma tuhanNYA (misalnya subhanallah, walhamdulillah, wa laa illaaha illallah, ALLAH akbar) everytime, everywhere...

Manusia yang CERDAS adalah yang menjadikan bumi ALLAH yang terhampas luas ini sebagai masjid baginya, kantornya mushallanya, meja kerjanya sajadahnya.. [inilah tanda cinta kepada ALLAH bahwa semua yang ia lakukan adalah untuk ALLAH, inna shalati wannusuki wamahyaya wammaati lillahi rabbil allaamin, sesungguhnya ibadah saya, shalat saya, hidup dan mati saya adalah untuk ALLAH]... [bukankah itu yang kita ucapkan ketika sholat]

Manusia yang CERDAS adalah yang memfungsikan tatapan mata penuh kasih [rahmat], pikiran senantiasa husnuzhan, tarikan napasnya tasbih, gerakan hatinya adalah doa, bicaranya bernilai dakwah… diamnya dzikir, gerak tangannya berbuat sedekah dan langkah kakinya adalah jihad fi sabillillah.

Manusia yang CERDAS adalah manusia yng mempersiapkan kehidupannya, bukan saja untuk dunianya tetapi untuk kehidupan yang abadinya. Subhanallah...

Kemudian yang terpikir oleh diri ini adalah mengapa saya menunda untuk menjadi manusia yang cerdas dalam pandangan ALLAH yah, seharusnya saya sadar bahwa saya wajib mencerdaskan diri saya sebelum sandiwara hidup saya ini usai … karena tidak ada yang menjamin bahwa esok ALLAH berkenan menitipkan napas kepada saya, jika malam ini saya tertidur dan tak bangun lagi sedang saya masih saja bodoh dan tidak cerdas maka kesia siaan lah yang saya jalani.

Yuk mulai detik ini kita cerdaskan diri kita... gampangkan? logikanya kita harus malu lah kalo taqwa aja gak bisa kan udah ada contekannya di Al Quran dan Hadits jadi tinggal baca dan amalkan lalu berlomba lomba lulus Cumloude.
Buatlah ALLAH bangga dengan menjadi diri kita murid teladanNYA dalam sekolah kehidupan.
Bisa kan? pilihannya berpulang dalam keadaan CERDAS atau berpulang dengan KEBODOHAN

No comments:

Post a Comment