Monday 19 December 2016

Mengapa Kita Kadang Iri dengan Orang Kaya?

PortalRenungan.


Sifat iri/hasad yaitu benci ketika melihat seseorang mendapatkan suatu nikmat bahkan yang lebih parah kebencian tersebut diiringi dengan menginginkan hilangnya nikmat tersebut dari orang lain. Iri/hasad model ini secara umum tercela. 

Namun ada satu sifat yang mirip dengan hasad tapi sebenarnya bukan hasad yaitu apa yang disebut dengan istilah ghibthoh, ingin agar semisal dengan orang lain, namun tidak menginginkan nikmat orang lain tersebut hilang. 

Sahabat, iri model ghibtoh ini diperbolehkan untuk dua hal. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

لاَ حَسَدَ إِلاَّ فِى اثْنَتَيْنِ رَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ مَالاً فَسُلِّطَ عَلَى هَلَكَتِهِ فِى الْحَقِّ ، وَرَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ الْحِكْمَةَ ، فَهْوَ يَقْضِى بِهَا وَيُعَلِّمُهَا

☘"Tidak boleh hasad (ghibtoh) kecuali pada dua orang, yaitu orang yang Allah anugerahkan padanya harta lalu ia infakkan pada jalan kebaikan dan orang yang Allah beri karunia ilmu (Al Qur’an dan As Sunnah), ia menunaikan dan mengajarkannya." HR. Bukhari no. 73 dan Muslim no. 816

Oleh karena itu, jangan pernah iri dengan orang kaya karena semata-mata kekayaannya, tetapi irilah pada orang kaya yang menginfakkan hartanya. Bukan iri dengan orang kaya yang dengan kekayaannya dia menikmati berbagai kesenangan dunia.

Pun demikian kalau sekiranya kita adalah orang yang kaya, jangan berbangga diri karena semata-mata kekayaan kita. Karena hal tersebut bukanlah hal yang istimewa. Orang yang beriman tidak akan meng-iri-kan hal tersebut. Ia akan menjadi istimewa ketika dengan kekayaannya tersebut ia sangat ringan di dalam berinfak di jalan kebaikan.

Sahabat, mari kita lihat bagaimana terkadang sebagian sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam iri (ghibtoh) dengan orang kaya di antara mereka.

Dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu dia berkata, "Orang-orang miskin (dari para sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam) pernah datang menemui beliau shallallahu 'alaihi wasallam, lalu mereka berkata, 'Wahai Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, orang-orang (kaya) yang memiliki harta yang berlimpah bisa mendapatkan pahala (dari harta mereka), kedudukan yang tinggi (di sisi Allah Ta’ala) dan kenikmatan yang abadi (di surga), karena mereka melaksanakan shalat seperti kami melaksanakan shalat dan mereka juga berpuasa seperti kami berpuasa, tapi mereka memiliki kelebihan harta yang mereka gunakan untuk menunaikan ibadah haji, umrah, jihad dan sedekah, sedangkan kami tidak memiliki harta…'". HR. al-Bukhari (no. 807 dan 5970) dan Muslim (no. 595)

LINK eBOOK TERPOPULER:



No comments:

Post a Comment