Thursday 8 December 2016

Berhati-hatilah dalam Menjaga Hati

PortalRenungan.


Maka berhati-hatilah menjaga hati. Ia bagai angin kala tenang, bertiup sepoi-sepoi akan hadirkan kesejukan. Namun bila bertiup kencang bahkan berputar arah maka akan porak-porandalah kehidupan.

Perubahannya, gejolaknya, letupannya tidak butuh waktu lama untuk menjadi seperti apa. Apakah akan menjadi hati yang muthma’inah atau hati yang lawwamah.

Apakah hati kita selalu bersih hingga mampu untuk menjadi cermin bagi kita. Atau membiarkan hati kita kotor hingga tak ada cahaya yang bisa menampakkan bayangan kala kita becermin.

Inilah seni menata hati. Inilah pilihan yang ada di hadapan kita. Tinggal bagaimana kita menyikapi segala yang ditawarkan. Karena tawaran yang ada cukup membuat kita sulit untuk mengelak dan seolah ada magnet yang sangat kuat yang bisa menarik kita ke dalam cengkeramannya.

Kadang kita harus terluka dalam pertarungan itu. Sedemikian dahsyatnya godaan itu hingga kadang tersandung, tersungkur, bahkan terjerembap. Tak sedikit energi yang kita keluarkan untuk melawannya, melawan pertentangan dalam diri.

Adanya daya tarik menarik yang kuat antara harapan dan kenyataan yang dihadapi. Bahkan kala habis energi kita untuk melawannya, habis pula diri kita dan hancurlah masa depan kita. Masa depan dunia kita apalagi akhirat kita.

Bila hati terbuai pesona dunia atau mendendam pada deritanya dan kita tak kuasa membendungnya, hanya cahaya-Nya yang kita harapkan hadir pasti, bila bukan karena penjagaan-Nya hati kita sesungguhnya rapuh dan mudah hancur berkeping-keping. Derai air mata pun tak mampu menjadi gambaran derita jiwa yang berjuang menghadapi kenyataan.

Dalam hati yang tersandung tak ada duka yang abadi, Saudariku, semua pasti kan berlalu. Semua di dunia hanya sementara. Sedih dan gembira, duka dan tawa, nestapa dan bahagia. Semua kan datang silih berganti.

Inilah fenomena kehidupan yang tak satu orang pun melewatkan. Maka bersabarlah. Dan badai pun pasti berlalu. Namun bila badai tak kunjung berlalu, nikmatilah badai itu dan menarilah di bawah pusarannya.

Dalam hati yang tersandung. Bila air mata enggan menyusut, pergilah bersujud. Bila gulana jiwa tak mampu tertahan dalam rasa, berdoalah pada yang Mahakuasa. Masih ada istighfar bila kita tak mampu untuk tegar. Masih ada tahmid bila hati kita masih terasa sakit. Masih ada tasbih bila hati kita masih terasa perih. Dan masih ada tahlil bila kita merasa terkucil. Bersabar dan ikhlas menjadikan semua yang hadir tampak indah.

Wahai Muslimah tangguh.... Dari sekian banyak penyebab hati menjadi tersandung adalah fitnah dunia. Fitnah di sini artinya ujian, cobaan.

Seperti Allah bahasakan dalam Al-Qur`an Surat Ali ‘Imran [3]:14, “Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik.”

Oleh: Rochma Yulika.




No comments:

Post a Comment