PortalRenungan.
Pada pembahasan terdahulu telah kita ketahui bahwa orang yang mentauhidkan Allah dengan keyakinan yang mantap dan ikhlas karena Allah semata, mereka itulah yang termasuk kedalam golongan yang disabdakan Rasulullah saw sebagai golongan yang diharamkan bagi mereka siksa neraka.
Pengucapan kalimat tauhid dengan lisan belaka tidaklah cukup karena ia mempunyai konsekwensi yang mesti di tunaikan. Para ulama menegaskan bahwa mengesakan Allah adalah dengan meninggalkan perbuatan syirik, baik kecil maupun besar.
Di antara konsekuensi pengucapan kalimat tauhid itu adalah mengetahui kandungan maknanya, kemudian mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Allah berfirman, "Maka ketahuilah bahwa sesungguhnya tidak ada tuhan (Yang Haq) melainkan Allah." (Muhammad:19)
Kalimat Tauhid berarti Pengingkaran kepada segala sesuatu yang disembah selain Allah SWT dan menetapkan bahwa yang berhak disembah hanyalah Allah semata, tidak kepada selain-Nya.
Aplikasi secara sederhana dari kalimat tauhid laa ilaaha illallah adalah keyakinan yang mutlak yang patut kita tanamkan dalam jiwa bahwa Allah Maha Esa dalam hal mencipta, dalam penyembahan tanpa ada sesuatu pun yang mencampuri dan tanpa ada sesuatu pun yang sepadan dengan-Nya, kemudian menerima dengan Ikhlas akan apa-apa yang berasal dari-Nya baik berupa perintah yang mesti dilaksanakan ataupun larangan yang mesti di tinggalkan, semua itu akan mudah ketika hati ikhlas mengakui bahwa Allah SWT itu Maha Esa.
Pembahasan ringkas ini mengantarkan kita kepada bagian kedua dari arti syahadatain: Dan bahwa Muhammad Adalah utusan Allah.
Apakah hukumnya orang yang berkeyakinan bahwasannya ada yang mampu mengelola alam semesta selain Allah?. Orang yang berkeyakinan seperti itu termasuk kafir karena ia menyekutukan Allah dalam urusan yang merupakan kekhususan Allah sebagai pencipta Alam semesta, bahkan ia lebih kafir dari orang musyrik sekalipun, karena orang musyrik pun mengakui bahwa yang mencipta dan mengelola semesta alam ini adalah Allah.
Firman Allah : "Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: 'Siapakah Yang menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab, 'Allah." (AZ-Zukhruf: 87)
Kami membaca di beberapa surat kabar seputar operasi yang dilakukan beberapa dokter yang merubah jenis kelamin laki-laki menjadi perempuan atau sebaliknya, bukankah itu termasuk mencampuri urusan Allah ?. Tidak ada satupun dari makhluk di bumi ini yang mampu merubah jenis kelamin laki-laki menjadi perempuan atau sebaliknya, persoalan itu bukanlah urusan para dokter meskipun ilmu mereka sampai kepada seluk-beluk permasalahan jenis kelamin.
Firman Allah: "Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki, Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Ia kehendaki. Atau Dia menganugerahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Dia menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa." (Asy-Syura': 49-50).
Dalam ayat ini Allah memberitahukan bahwa hanya Dia sendirilah Yang memiliki kekuasaan merubah dan mencipta, di penghujung ayat Allah menjelaskan kesempurnaan ilmu-Nya dan kekuasaan-Nya.
Permasalahan yang terjadi terkadang adanya kemiripan pada anak yang dilahirkan, tidak diketahui jelas apakah ia laki-laki ataukah perempuan, di awal kelahiran mungkin dikira perempuan padahal ia laki-laki atau sebaliknya. Kebingungan ini biasanya akan hilang ketika menginjak baligh, maka peran dokter adalah mengadakan operasi agar sesuai dengan kecenderungan fitrah penciptaannya apakah ia laki-laki ataukah perempuan. Dalam hal ini, tugas dokter adalah mengungkapkan realita yang sebenarnya dari kondisi seseorang dan bukan merubah jenis kelamin dari itu dapat diketahui bahwa mereka tidaklah dapat mencampuri apa-apa yang merupakan urusan Allah, akan tetapi mereka hanyalah menyingkapkan apa yang diciptakan oleh Allah. Wallahua'lam.
No comments:
Post a Comment