Sunday, 12 July 2015

Andai Ini Ramadhan Terakhir

PortalRenungan.
Dahulu yang ada di benak saya ketika Ramadhan tiba adalah sahur bersama keluarga, punya stok makanan yang lebih, dan hidup di suasana kota santri, memenuhi masjid masjid yang semuanya bersifat umum, hingga tak terpikir target pribadi untuk jiwa ini, dengan apa akan saya isi jiwa yang kering ini?

pasang iklan

Saya masih terngiang dengan kalimat dari sahabat saya “Aa, musti dipikirin loh, gimana kalau Ramadhan kali ini adalah Ramadhan terakhir kita, anggaplah ini Ramadhan terakhir kita, apa akan kita biarkan berlalu sia sia“

Andai ini Ramadhan terakhir kita dan kita melewatinya begitu saja tanpa memanfaatkan waktu, dengan menggapai sekuat tenaga ampunan ALLAH, rugi banget jika Ramadhan berlalu dan kita tak mendapat ampunan, tak terlahir seperti bayi, tak memiliki jiwa jiwa yang bercahaya.

Iya, andai ini Ramadhan terakhir kita, sungguh akan kita isi dengan lebih mendekatkan jiwa kepada pemilik jiwa ini, bukankah bulan ini bulan ampunan? agar jiwa ini dapat menjadi jiwa jiwa yang bercahaya … berpulang setelah mendapat ampunan.

Sekedar flashback, mengenang Ramadhan-Ramadhan sebelumnya, betapa banyak waktu yang terbuang, i’tikaf yang terlewat, tadarus, tilawah yang selalu saja tak sempat kita lakukan, apalagi khatam quran, betapa sering tarawih kita lakukan secepat dan sekilat mungkin agar cepat cepat tidur dengan alasan besok sahur, dan berapa banyak makanan enak masuk kedalam mulut ini tanpa merasakan lapar dan haus yang sedang dialami para fakir disekitar rumah saya … Betapa banyak waktu yang kita gunakan untuk sekedar tidur dengan pembenaran bahwa tidur waktu puasa juga ibadah, tanpa ada sedikitpun kesadaran bahwa tilawah, dzikir, dan sholatnya orang puasa, tentulah lebih bernilai Ibadah dari sekedar tidur, kan gitu kan?

Dan bisa jadi kita telah melewatkan Ramadhan Ramadhan yang lalu dengan hanya mendapatkan haus dan lapar, 30 hari berlalu sia sia, dan tanpa rasa malu kita merayakan akhir Ramadhan dengan berbaju sebagus mungkin, menghabiskan THR tanpa sedekah sedikitpun karena uang nya kita gunakan untuk pulang kampung.

Kini sudah waktunya kita merubah cara berpikir atau Mind Set kita, bahwa puasa bukan lagi hanya menahan haus dan lapar, namun menjadikan setiap detik, menit, jam untuk menggapai cinta ILLAHI, menggapai ridho dan ampunannya, ridho itu rahmat dan ampunan kan? irhamnna ya ALLAH

Ketika kita mulai berpikir ini Ramadhan terakhir kita, maka mustinya Ramadhan akan terasa beda, malam malamnya terasa begitu syahdu, takut rasanya berjauhan dengan ALLAH, indah rasanya berlama lama diatas sajadah. Ramadhan disiang hari juga beda karena kita tersadar satu senyum manis akan bernilai ibadah, dengan perut yang kosong, tenggorokan yang kering, hawa nafsu yang terbelenggu menjadikan siang terasa begitu indah untuk dijalani, tak ada amarah, tak ada teriakan, tak ingin menyakiti apalagi mendzalimi, khusu' karena kesadaran kita mungkin ini yang terakhir.

Waktu tak bisa kembali saudaraku, Iya ketika kita berpikir ini Ramadhan terakhir kita, maka seharusnya kita cambuk raga ini untuk mengisi nafas dengan dzikir, shalat tak tertunda plus rawatib, bibir ini harus mampu mengkhatamkan Quran, tafakur tak akan kita lewatkan agar selalu tersadar bahwa diri ini berlumuran dosa.

Ya ALLAH berilah kami ampuanMU di Ramadhan ini, berilah maaf dihati orang orang yang pernah kami lukai, berilah kasih sayang agar kami mampu mencintai orang orang yang mencintai kami seperti mereka mencintai kami, sungguh kami tak sanggup membayangkan jika ini Ramadhan yang terakhir Irhamnna ya ALLAH.

No comments:

Post a Comment