PortalRenungan.
Sahabat PR, secara umum umur manusia adalah lama hidupnya. Namun sesungguhnya umur yang hakiki adalah waktu yang digunakan dalam ketaatan kepada Allah Ta’ala. Waktu yang digunakan dalam ketaatan inilah umur sebenarnya.
Sahabat PR, secara umum umur manusia adalah lama hidupnya. Namun sesungguhnya umur yang hakiki adalah waktu yang digunakan dalam ketaatan kepada Allah Ta’ala. Waktu yang digunakan dalam ketaatan inilah umur sebenarnya.
Oleh karena itu, kebaikan dan ketaatan akan menambah umurnya yang sebenarnya dan yang selain itu tidaklah menambah umurnya.
Dan standar kebaikan bukanlah terletak pada panjang atau pendeknya umur seseorang, tetapi kebaikan itu adalah bagaimana seseorang memanfaatnya umurnya untuk berbuat ketaatan kepada Allah ta’ala, sebagaimana hadits dari ‘Abdurrahman bin Abi Bakroh, dari ayahnya Abu Bakroh bahwa ada seseorang yang bertanya pada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam,
يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ النَّاسِ خَيْرٌ قَالَ « مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَحَسُنَ عَمَلُهُ ». قَالَ فَأَىُّ النَّاسِ شَرٌّ قَالَ « مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَسَاءَ عَمَلُهُ »
“Wahai Rasulullah, manusia mana yang dikatakan baik?” Beliau menjawab, “Yang panjang umurnya dan baik amalnya.” Lalu manusia mana yang dikatakan jelek?”, tanya laki-laki tadi. Beliau menjawab, “Yang panjang umurnya dan jelek amalnya.” (HR. Tirmidzi no. 2330, hasan shahih)
Jika seorang hamba berpaling dari Allah dan gemar melakukan maksiat, maka dia berarti telah menyia-nyiakan umurnya. Atau bisa dikatakan bahwa dia telah mengurangi jatah umur yang diberikan kepadanya yang seharusnya dia manfaatkan untuk mengumpulkan kebaikan.
Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata, “Ketahuilah bahwa maksiat dapat mengurangi umur dan pasti dapat pula mengurangi keberkahannya, sebagaimana pula amalan kebaikan dapat menambah keberkahan.
No comments:
Post a Comment